Kamis, 12 Juli 2018

Standar cantik memang berbeda-beda. Masing-masing generasi, setiap negara, wanita cantik itu tidak sama. Tapi di Indonesia, cantik itu diasosiasikan dengan rambut panjang. Sejak jaman Roro Jonggrang belum dijadikan batu hingga kata 'syantik' di perebutkan oleh Siti Badriyah dan Syahrini, standar itu tetap. Iklan-iklan sampo wanita tentulah menjual wanita berambut panjang. Wanita berambut pendek selalu dianggap tomboy, menyerupa lelaki, dan segala hal yang jauh dari kata cantik. Bolehlah ditilik baik dari kesusastraan klasik Nusantara yang kebanyakan mendeskripsikan bahwa putri-putri yang cantiknya serupa bidadari hingga bidadari sendiri pun selalu sama.
"Badannya ramping sebagai pohon pinang;
rambutnya sebagai mayang terurai;
mukanya berseri sebagai bulan 14 hari; (HB Jassin, 1968:142)"
Sejak dulu kecantikan wanita bentuk pemujaannya berupa epos-epos baik syair, prosa, dan lagu, hingga kini. Lagu-lagu cinta tak bisa lepas mengenai kekaguman terhadap wanita. seperti pada lirik lagu A. Rafieq;
"Jangan, jangan samakan dia dengan yang lain. Bibirnya yang merah dan senyumnya menawan. Rambutnya terurai, hitam, dan bergelombang; (Rafieq, 1979)"
Ebiet G Ade yang bahkan dari judulnya sajapun sudah mengindikasikan kecantikan seorang wanita berambut panjang pada lagunya yang berjudul, "Anak Manis Berambut Panjang" yang ia perkenalkan pada masyarakat Indonesia setahun setelah lagunya A Rafiq rilis, tahun 1980.

Bahkan meski milenial berganti pun, wanita berambut panjang tetap menjadi ikon kecantikan seorang wanita. Seperti pada lagu Surat Cinta Untuk Starla yang dinyanyikan oleh Virgoun dan menjadi salah satu anthem cinta terbaik di kalangan anak muda meskipun telah dua tahun dari perilisannya pertama kali.
"Tetap cantik rambut panjangmu, meskipun nanti tak hitam lagi; (Virgoun, 2016)."
Belum ditambah dengan berbagai kecaman dan ancaman dari dien agama masing-masing serta pelabelan lainnya terhadap wanita. Wanita cantik itu adalah wanita yang berambut panjang. Wanita berambut pendek adalah wanita yang menyerupai laki-laki, tomboy, tidak feminim. Belum lagi fitnah kejam bahwa wanita berambut pendek sudah pasti berkutu, rambutnya tak terawat, pemalas, dan lebih parah lagi adalah wanita berambut pendek adalah seorang yang tidak waras.
 
 Benarkah begitu?