Sastra
hikayat merupakan salah satu khazanah kekayaan kebudayaan Indonesia dalam aspek
sastra. Sastra hikayat merupakan salah satu bukti rekaman sejarah bangsa
Melayu. Memahami sastra hikayat sama seperti mengungkap lukisan kehidupan
bangsa Melayu dari kurun waktu yang telah lalu. Dari hikayat kita bisa mempelajari banyak hal, unsur
kesejarahan bahasa, nilai moral orang Melayu di jaman dulu, dan pola berpikir
mereka. Imaji yang dituliskan di dalam sebuah hikayat tak lekang oleh waktu dan
selalu mampu menghadirkan warna-warna indah yang mampu membuat pembacanya
takjub. Sastra
hikayat mengandung nilai keindahan tak terkira dan sudah sepatutnya keindahan
itu untuk dijaga, dilestarikan, dan diperkenalkan ke generasi lebih muda agar
sastra hikayat tidak lekang digerus arus globalisasi saat ini.
Naskah merupakan salah satu alat rekam perkembangan bahasa. Rekaman bahasa itu berupa hikayat, dan dari hikayat bisa diketahui bahasa-bahasa yang telah berpengaruh di jaman hikayat tersebut dituliskan. Sebagai contoh Hikayat Malim Deman yang bahasanya telah dipengaruhi oleh beberapa bahasa dan tidak murni menggunakan bahasa Melayu. Berikut beberapa bahasa yang telah dipadupadankan dengan bahasa Melayu yang digunakan di Hikayat Malim Deman:
Pengaruh bahasa
Arab
Pengaruh
bahasa Arab tidak lepas dengan pengaruh Islam yang masuk ke wilayah Nusantara.
Hal itu berpengaruh juga kepada penulisan Hikayat Malim Deman. Di awal cerita
telah menggunakan kata pembuka dalam bahasa Arab. Selain itu, tidak sedikit
kalimat tasbih dan lafadz Allah disebut di dalam hikayat tersebut. Sebagai
contoh kutipan di bawah ini:
WA-BIHI NASTA’INU BI’LLAHI. Ini-lah warita orang dahulu-kala;
Pengaruh India
Pengaruh
India di kebudayaan Melayu telah berlangsung sejak lama. Pengaruh tersebut bisa
didapati di segala aspek kehidupan bangsa Melayu, tidak terkecuali bahasa.
Penggunaan kata-kata Sansekerta, Tamil, Hindi, dan sebagainya telah banyak
ditemukan di hikayat. Penggunaan kata-kata itu pun juga ditemukan di Hikayat
Malim Deman.
Al-kisah, maka tersebut-lah konon sa-buah negeri bernama Bandar Muar, rajanya bernama Tuanku Gombang Malim Dewa, isteri-nya Tuan Puteri Lindongan Bulan.
Pengaruh Persi
Masuknya
pengaruh agama Islam ke wilayah Nusantara tidak saja membawa kebudayaan Arab, namun
masuk juga pengaruh Persi dalam bahasa Hikayat sebagian besar ditemukan di
bidang kosa kata. Salah satu contoh penggunaannya di Hikayat Malim Deman
adalah:
Mulut-nya meniup serunai.
Gaya
bahasa yang digunakan di dalam hikayat juga menjadi alat yang pokok bagi
pencipta karya dalam menggambarkan maksudnya di dalam karya-karyanya. Setiap
pengarang bisa memakai bermacam-macam cara dalam menyatakan gubahannya. Dalam
Hikayat Malim Deman, terdapat beberapa gaya bahasa yang digunakan oleh pengarangnya.
Yaitu:
Paralelisme, yaitu kebiasaan mengulang-ulang cerita, lukisan cerita serta peristiwa-peristiwanya, bentuk penceritaan yang berulang. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan penegasan. Sebagai contoh kalimat di bawah ini:
Tempat jin yang banyak,Tempat shaitan yang banyak ;
Repetisi,
adalah gaya mengulang beberapa kata atau perkataan yang sudah disebutkan untuk
memberi perhatian yang besar terhadap hal yang diulang. Sebagai contoh kalimat
di bawah ini:
Sa-kali di-gosok-nya,Dua tiga panau terchelek ;Sa-kali di-gosok-nya,Tiga empat panau terchelek ;
Metafora,
yaitu gaya bercerita dengan memberikan perbandingan hal lain yang memiliki
sifat yang sama.
Maka Tuan Puteri Bungsu pun lalu-lah menangis terlalu amat sangat, ayer mata-nya seperti mutiara yang putus dari karangan-nya seraya bertanya pula, ‘Ayo-hai bapa, orang pengail, dengan sunggoh-nya kata-lah adakah menengok kain tadi.’
REFERENSI
Ana, Pawang dan Raja Haji Yahya. 1976. Hikayat Malim Deman. Kuala Lumpur: Fajar Bakti
Ana, Pawang dan Raja Haji Yahya. 1976. Hikayat Malim Deman. Kuala Lumpur: Fajar Bakti
SDN
Baried,
St. Baroroh dkk. 1985. Memahami Hikayat
Dalam Sastra Indonesia. Jakarta: Pusat
Pembinaan
dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan.
0 kritik tentang naskah:
Posting Komentar